Senin, 31 Mei 2021

3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 



3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

  • Hal-hal menarik yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan bagaimana benang merah yang bisa Anda tarik dari keterkaitan antarmateri yang diberikan dalam modul 3.3?

Ada beberapa hal yang menarik, yang menjadi poin utama dalam modul 3.3 ini diantaranya

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Pengambilan keputusan menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk mewujudkan program sekolah yang berdampak bagi murid terutama dalam mewujudkan merdeka belajar bagi murid. Pengambilan keputusan, sangat penting dan dibutuhkan untuk melakukan perubahan, perbaikan dan transformasi.

Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya

Ada 7 Aset yang dimiliki sekolah, Aset tersebut dapat digali dan digunakan menjadi kekuatan sekolah untuk merancang program yang berdampak pada murid dengan mengembangkan tahapan BAGJA dalam menyusun suatu program .


Pengelolaan program yang berdampak pada murid

Dalam membuat suatu program harus memperhatikan beberapa tahapan mulai dari perencanaan program, manejemen resiko, monitoring, evaluasi, pembelajaran yang d dapat hingga pelaporan

  • Apakah kaitan antara pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid? 

Hasil pemetaan dapat dijadikan dasar dalam menentukan  aset atau sumber daya yang potensial yang dimiliki sekolah. aset tersebut dapat dimanfaatkan untuk membuat program yang berdampak pada murid. Sehingga sekolah dapat menggali kekuatan dengan cara mengoptimalkan aset yang dimiliki dengan perencanaan program yang mengacu pada tahapan BAGJA

·         Adakah materi dalam modul lain/paket modul lain yang berhubungan dengan materi dalam modul 3.3. ini?

Filosofi KHD

Program sekolah yang berdampak pada murid dapat menjadi faktor penunjang terlaksananya tujuan pendidikan, yakni menuntun segala kodrat yang dimiliki murid untuk dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Visi guru penggerak

Program sekolah yang berdampak bagi murid, dapat mengantarkan guru mencapai visi yang direncanakan, baik secara pribadi, maupun bagi murid dengan cara memetakan potensi dan kekuatan pada diri murid, serta mengelola dan merencanakan strategi perubahan yang berdampak bagi murid

Budaya Positif

Program yang berdampak bagi murid dapat membantu menumbuhkan karakter baik untuk membangun budaya positif. Tujuan dari budaya positif adalah agar anak memahami perilaku mereka sendiri, berinisiatif, bertanggung jawab, menghargai dirinya serta orang lain hingga mencapai tujuan yang paling pokok yaitu mendorong motivasi intrinsik.

Pembelajaran Sosial emosional dan Berdiferensiasi

Pembelajaran Sosial emosional dan Berdiferensiasi dapat dijadikan patokan utama dalam merancang program yang berdampak pada murid. Melalui pembelajaran ini seorang guru dapat melihat kebutuhan murid dengan karakteristik yang berbeda-beda menjadikan guru dapat memilah atau menentukan program yang sesuai dan sangat dibutuhkan murid di kelas.

·         Bagaimana kaitan dari semua materi tersebut dengan peran Anda sebagai guru penggerak

Tugas seorang guru penggerak adalah muwujudkan merdeka belajar dengan menuntun segala potensi atau kodrat yang dimiliki oleh murid untuk mencapai kebahagian dan keselamatan.  Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menggali segala potensi atau aset potensial yang dimiliki oleh sekolah untuk dapat memanfaatkan potensi tersebut sebagai sumber kekuatan dalam merancang program yang berpihak dan berdampak bagi murid.

Jumat, 30 April 2021

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 


Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam mengelola, mengorganisir dan memberdayakan sumber daya sebagai aset atau modal yang potensial. Seorang pemimpin pembelajaran dituntut untuk mampu mendorong ekosistem sekolah dengan memanfaatkan segala sumber daya atau kekuatan yang ada di sekolah. ada 7 modal atau aset utama yang dapat digunakan untuk memberdayakan sumber daya sekolah diantaranya modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan alam, modal finansial, modal politik, serta modal agama dan budaya. 7 Aset ini dapat digali dan dimaanfaatkan dengan baik untuk memberdayakan dan mengembangkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik dan optimal.

Cara mengimplementasikan dalam kelas, sekolah dan masyarakat. Langkah pertama adalah memulai dari diri sendiri, dengan cara memperbaiki cara pikir atau pendekatan yang akan digunakan sebelum mengimplementasikannya. Pendekatan yang dinilai efektif digunakan untuk mengembangkan diri maupun komunitas adalah pendekatan berbasis aset. Asset-Based Thinking adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Berpijak dari pendekatan tersebut, kita dapat menggali hal positif dalam diri untuk kemudian dimanfaatkan dalam mengembangkan kualitas pembelajaran dalam kelas, menggali potensi yang optimal di dalam kelas untuk kemudian diberdayakan dalam rangka pengembangan proses pembelajaran. Bentuk implementasi lainnya adalah melakukan kolaborasi bersama warga sekolah mengenai aset potensial yang ada di sekolah untuk dapat dikembangkan secara bersama-sama. Pelibatan masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan aset yang ada di sekolah menjadi lebih optimal.

Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid lebih berkualitas. Dengan memanfaatkan aset/modal potensial yang dimiliki oleh sekolah akan membantu murid dalam melejitkan potensi mereka dan mengembangkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Jika Aset/ modal potensial dikelola dengan baik, akan mendorong atau membuka ruang bagi sekolah untuk memberdayakan segala potensi dimilikinya dalam rangka peningkatan kualitas. Contoh kongkretnya adalah guru. Guru adalah aset sumber daya yang potensial yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga penempatan guru pada bidang masing-masing beserta keterampilan yang dimilikinya sangat berpengaruh untuk mendukung proses pembelajaran lebih optimal. Sumber daya lainnya juga tidak dapat diabaikan dan sangat mendukung dalam rangka perbaikan kulaitas sehingga penting bagi seorang pemimpin menggorganisir dan memberdayakan aset yang dimiliki sekolah untuk mendukung proses belajar murid.

Materi pada modul kali ini tentunya akan saling berkaitan dengan materi-materi sebelumnya, yaitu di awal kita mepelajari bersama filososi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Maksud pendidikan adalah menuntun segala potensi atau kodrat yang ada pada diri anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Jika dikaitkan dengan modul ini, guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat menggali kekuatan atau potensi yang dimilki agar dapat memberdayakan potensi tersebut untuk memperbaiki proses belajar murid. Materi selanjutnya adalah nilai dan peran guru penggerak juga memiliki keterkaitan erat. Nilai-nilai yang telah melekat dalam diri seorang guru bukan lagi daftar keingininan melainkan merupakan komponen penting yang dapat mendorong ekosistem sekolah menjadi lebih potensial. Setelah itu nilai visi guru penggerak, materi ini merupakan materi yang terkait erat dengan modul ini, karena dalam untuk mewujudkan visi guru penggerk maka penting untuk melakukan inisiatif perubahan yang berbasis kekuatan, potensi atau aset yang dimiliki. Beralih ke modul 2 yaitu pembelajaran yang berpusat pada murid. Materi dalam modul ini juga berkaitan erat dengan modul tersebut  karena Pengelolaan sumber daya yang tepat menjadikan pembelajaran murid menjadi berkualitas, dengan demikian juga bisa memenuhi kebutuhan belajar murid yang berdiferensiasi melihat setiap hal-hal yang postif pada murid. Selanjutnya pada modul selanjutnya materi tentang pengambilan keputusan juga memiliki keterkaitan yang erat dalam modul ini. modul ini membantu seorang pemimpin untuk menggali potensi dan kekuatan yang dengan pendekatan berpikir berbasis aset sehingga dapat membantu menggali kekuatan dalam menyelsaikan permasalahan dan mengambil keputusan lebih efektif.

Sebelum mempelajari modul ini, sebagai seorang guru saya banyak melihat sesuatu dari sudut pandang masalahnya. Apa yang kurang, apa yang harus diperbaiki, terlebih dalam proses mengajar saya berfokus pada kekurangan apa yang menghambat dengan tujuan untuk melakukan perbaikan. Begitupun saat merencanakan program sekolah, hal yang paling awal muncul dalam pikiran adalah kekurangan. Sehingga banyak memumculkan sikap pesimis ketika merencanakan program sekolah. karena yang paling awal terpikirkan adalah hambatan yang akan dihadapi maka yang dicari adalah dukungan dari luar, dana, dan siapa yang bisa membantu. Setelah mempelajari modul ini. pikiran saya mulai terbuka dan hal ini menyadarkan diri bahwa berfokus pada kekurangan membuat kita buta akan potensi yang dimiliki. Modul ini mengajarkan saya bahwa kita bisa mendatangkan kesejahteraan sendiri melalui potensi yang kita miliki sehingga kita bisa meminimalisir bantuan dari orang lain. Ada banyak potensi yang bisa dimanfaatkan dan digali untuk memberdayakan, mengelola kelas, pembelajaran, dan sekolah menjadi lebih berkualitas. Jika dikembangkan dengan baik, sekolah dapat menjadi komunitas yang mandiri, menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan berdasarkan kekuatan atau potensi yang dimiliki.

 

Salam & Bahagia

 


Kamis, 25 Maret 2021

Modul 2.3.a 9 Koneksi Antar Materi (Coaching)

 

Coaching dalam konteks pendidikan sejalan dengan pemikiran filosofis Ki Hajar dewantara.  Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Selain itu, sebagai seorang pamong, guru dapat memberikan tuntunan melaluk pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Peran Coach di sekolah sangat dibutuhkan untuk mengarahkan semua warga dalam komunitas memaksimalkan potensi mereka dan memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, peran coach sangat dibutuhkan untuk menggali kebutuhan anak didik lebih dalam sehingga memberikan arahan mengenai kegiatan apa yang harus disediakan untuk memaksimalkan potensi sesuai dengan kebutuhan sosial emosional. Dalam praktik di sekolah, proses coaching juga tidak terlepas dari unsur sosial emosional. Untuk dapat menggali kemampuan sosial emosional murid. Coach memiliki andil yang besar untuk mengarahkan murid memaksimalkan kemampuan sosial emosional mereka sehingga mereka memiliki keterampilan untuk dapat memecahkan masalah mereka sendiri. Guru sebagai pendidik perlu memiliki keterampilan coaching sehingga dapat mengarahkan anak didiknya untuk menemukan jati diri dan mengembangkan potensi dirinya. Dalam proses coaching murid diberi kebebasan, namun pendidik sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar murid lebih terarah. Melalui proses coaching ini guru dapat membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar.

Coaching dapat menuntun kemerdekaan belajar murid untuk mengeksplorasi dirinya guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Coaching berbeda dengan konseling dan mentoring.

-          Coaching, mendorong coachee untuk dapat menyelesaikan atau menemukan masalahnya sendiri.

-          Mentoring, membagikan pengalamannya untuk membantu mentee dalam mengembangkan diri

-          Konseling, membantu konseli dalam memecahkan masalahnya.

Dalam melaksanakan praktik coaching dibutuhkan beberapa keterampilan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Ada 4 keterampilan Dasar Coaching

-          Keterampilan membangun dasar proses coaching

-          Keterampilan membangun hubungan baik

-          Keterampilan berkomunikasi

-          Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Salah satu model yang dikembangkan dalam praktek Coaching adalah Model TIRTA. TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW. Model GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.

-          Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

-          Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

-           Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

-          Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Untuk membantu mengarahkan coach dalam proses coaching dibutuhkan langkah pengaplikasian.  Langkah Coaching Model TIRTA antara lain:

-          Tujuan utama pertemuan/pembicaraan

-          Identifikasi masalah coachee

-          Rencana aksi coachee

-          Tanggung jawab/komitmen dalam

 

Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya reflektif  dan Umpan balik positif.

Refleksi terhadap proses coaching di sekolah

1. Melalui proses coaching ini tentunya sangat membantu saya sebagai seorang guru dalam menuntunsegala kekuatan kodrat siswa sehingga dapat memperbaiki lakunya

2. Melalui proses coaching, saya sebagai guru dapat mengarahkan murid untuk menggali potensi dan memaksimalkannya sehingga murid ampu memecahkan masalah yang dihadapinya

3. Melalui proses coaching, saya sebagai guru dapat membantu murid memperoleh kemerdekaan belajar dalam pembelajaran di sekolah dengan mengaktivasi kerja otak murid dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang reflektif. Sehingga murid memiliki kesadaran diri untuk memaksimalkan potensinya.

 


Senin, 08 Maret 2021

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 a9 (Pembelajaran Sosial Emosional)

 


Koneksi Antar Materi

Modul 2.2 a9

Pembelajaran Sosial Emosional

 

Mengingat kembali paradigma Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai maksud pendidikan, yaitu menuntun segala kodrat pada anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jika dikaitkan dengan PSE (Pembelajaran Sosial Emosional) maka terdapat kaitan yang erat. Untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan dibutuhkan pengelolaan sosial emosional yang baik. Guru dapat membantu anak didik mencapai keselamatan dan kebahagian jika mereka dapat memiliki kesadaran diri dan mengelola emosi dengan baik sehingga mereka mampu untuk berempati serta, hubungan atau interaksi dengan baik serta membuat keputusan yang bertanggung jawab tanpa merugikan dirinya maupun .

PSE (Pembelajaran Sosial Emosional) sejalan dengan Visi dan Misi guru penggerak.  Nilai dan peran guru penggerak yaitu membangun profil budaya pancasila melalui budaya positif dalam ekosistem sekolah yang memenuhi kebutuhan individu setiap muridnya hingga tercapainya merdeka belajar. Untuk mencapai visi dan Misi tersebut, kemampuan sosial emosional yang baik sangat dibutuhkan terutama dalam pengambilan keputusan karena pengambilan keputusan dimulai dari sistem limbic atau pengelola emosi kita.

Praktik pembelajaran yang berpihak pada murid dapat dapat dilaksanakan melalui pemebelajaran berdifferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Pembelajaran berdifierensiasi mengarah pada pemunuhan belajar murid baik secara konten, proses maupun produk. Pembelajaran berdiferensiasi dapat maksimal dengan mengintegrasikan PSE (Pembelajaran Sosial Emosional) di dalamnya. Hal ini dapat dilakukan dengan secara bersama memahami kesadaran diri, mengelola emosi agar dapat bertahan menghadapi konflik, berempati, menjalin reseliensi dan bertanggung jawab.

PSE (Pembelajaran Sosial Emosional), berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik. Pembelajaran ini sangat penting, berisi tentang pengalaman apa yang akan dialami siswa, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana guru mengajar. Belajar adalah keajaiban. Melalui pembelajaran sosial-emosional, kita menciptakan kondisi yang mengizinkan semua anak mengakses keajaiban tersebut. Tujuan PSE (Pembelajaran Sosial Emosional), yaitu:

1.      Memberikan pemahaman, Penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi

2.      Menetapkan dan mencapai tujuan yang positif

3.      Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain

4.      Membangun serta mempertahankan hubungan yang positif

5.      Membuat keputusan yang bertanggung jawab

Dalam pembelajaran sosial emosional yang etrepenting bukanlah akademis. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah anak kita memiliki kesadaran diri, apakah mereka memiliki pemahaman kesadaran sosial, apakah mereka mampu mengambil keputusan yang baik dan bertanggung jawab. Baru setelah itu, kita membahas mengenai konteks akademis dan semua keterampilanketerampilan penting yang kita butuhkan untuk dapat berhasil dalam hidup. 5 Kompetensi sosial dan emosional yaitu:

1.      kesadaran diri (berkaitan dengan pengenalan emosi)

2.      pengelolaan diri (berkaitan dengan cara mengelola emosi dan fokus)

3.      kesadaran sosial, (keterampilan berempati)

4.      keterampilan berhubungan sosial (

5.      pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

 

Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah.  Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam 3 ruang lingkup:

1.      Rutin, pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi atau kegiatan membaca setelah makan siang.

2.      Terintegrasi dalam mata pelajaran, misalnya refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, memuat diskusi kasus atau kerja kelompok memecahkan masalah

3.      Protokol, menjadi budaya atau aturan sekolah yang menjadi kesepakatan bersama secara mandiri atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya menyelesaikan konflik yang terjadi dengan membicarakan tanpa kekerasan, mendengarkan orang lain, dsb.

Pembelajaran sosial emosional berbasis kesadaran penuh. Kesadaran penuh (mindfulness) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Kesadaran penuh dapat diterapkan melalui tehnik STOP yaitu :

1.      Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.

2.      Take a deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.

3.      Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan.

4.      Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolahraga, seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya. Praktik latihan berkesadaran penuh dalam pembelajaran sosial emosional sangat dibutuhkan terutama untuk mencapai ketenangan, mengembalikan fokus, sehingga perasaan menjadi lebih rileks dan tenang.

- Salam & Bahagia-

Senin, 22 Februari 2021

 Artikel Refleksi

PGP- Angkatan 1- Kabupaten bone - Fauziah Razak-1.4- Aksi Nyata

Menumbuhkan Disiplin Positif

Melalui Kesepakatan Kelas & Konsekuensi Bersama

(Pada Anak Usia Dini)



A.   Latar Belakang

Sekolah merupakan institusi pembentukan karakter. Tujuan utama dari pendidikan karakter bukan hanya mendorong anak didik untuk sukses secara akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk menanamkan nilai  moral yang baik pada diri anak didik. Salah satu upaya dalam membentuk karakter adalah pembiasan budaya positif di sekolah. Budaya positif adalah pembiasan-pembiasan baik berisi nilai-nilai yang diterapkan secara konsisten sehingga menjadi karakteristik atau kekuatan dalam sekolah. Budaya positif tidaklah berdiri sendiri namun dibutuhkan sinergi yang kuat agar budaya positif dapat diterapkan dengan baik. Cara yang dinilai efektif untuk menumbuhkan budaya positif adalah dengan memberikan disiplin positif. Seringkali guru memberi arti disiplin dengan konotasi negatif, misalnya hukuman. Padahal disiplin positif jauh dari kata hukuman, namun yang ada adalah kesepakatan dan konsekuensi yang logis. disiplin dan hukuman memiliki arti yang berbeda dan memberikan efek yang sangat berbeda dalam pembentukan diri anak didik. 

Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku  anak didik. Disiplin dimaksudkan untuk mengembangkan perilaku para anak didik tersebut serta mengajarkan anak didik tentang kontrol dan kepercayaan diri dengan berfokus pada apa yang mampu mereka pelajari. Tujuan akhir dari disiplin adalah agar siswa memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri dan orang lain. Semantara hukuman berbanding terbalik dengan hal tersebut.

Disiplin positif dapat dilaksanakan dengan menyusun kesepakatan dan konsekuensi bersama sehingga dapat terbangun komunikasi yang efektif dan tanggung jawab atas dasar kesadaran pribadi. Selain itu, dengan adanya kesepakatan dan konsekuensi bersama dapat membantu guru dan anak didik dalam bekerjasama sehingga kegiatan enjadi lebih efektif. Oleh karena pentingnya disiplin positif dalam menumbuhkan murid merdeka, maka pada aksi nyata kali ini calon guru penggerak mengangkat judul “menumbuhkan disiplin positif melalui kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama (pada anak usia dini)”. Calon guru penggerak menerapkan aksi nyata tersebut di TK Islam Terpadu Asshiddiq, kabupaten bone, Sulawesi Selatan.

B.    Deskripsi Aksi Nyata

Salah satu tantangan terbesar guru saat ini adalah mengajar di tengah pandemi covid-19. Hal tersebut tidak membuat semangat surut, namun hal tersebut menjadikan guru memutar otak berpikir lebih kreatif menciptakan inovasi pembelajaran yang efektif. Pendidik di TK Islam terpadu Asshiddiq menempuh jalan home visit untuk mengefektifkan pembelajaran terutama untuk anak usia dini di tengah wabah covid-19. Beberapa protokoler kesehatan di lokasi home visit diterapkan agar pembelajaran tetap aman bagi anak didik. Selain itu, agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif maka penumbuhan disiplin positif menjadi hal yang sangat diperlukan.

Ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan bagi calon guru penggerak untuk melakukan aksi “menumbuhkan disiplin positif melalui kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama (pada anak usia dini)”, antara lain:

1.     Untuk menumbuhkan disiplin positif melalui kesepakatan kelas sejak usia dini

2.     Untuk mengenalkan arti konsekuensi dalam menumbuhkan motivasi intrinsik

3.     membangun komunikasi efektif melalui kesepakatan dan konsekuensi bersama

Dalam menumbuhkan disiplin positif, calon guru penggerak mengawali proses sosialisasi mengenai pentingnya kesepakatan dan konsekuensi dengan rekan guru di TK Islam terpadu Asshiddiq, terutama pada guru-guru yang bertugas mengajar home visit, sebelum menyampaikan kepada anak didik. Kesepakatan kelas yang dibuat berisi aturan untuk membantu guru dan anak didik bekerjasama. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru tetapi juga berisi tentang harapan anak didik. Dalam menyusun kesepakatan kelas ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan guru. Kesepakatan harus disusun sejelas mungkin untuk memudahkan proses penerapannya.

Setelah proses sosialisasi kepada rekan guru di masing-masing kelas maka langkah selanjutnya adalah guru menyusun kesepakatan kelas bersama dengan anak didik. Ada beberapa langkah yang ditempuh guru di TK Islam Terpadu Asshiddiq dalam menyusun kesepakatan kelas bersama. Langkah-langkah tersebut antara lain:

1.     Membuat rencana dan menyampaikan kepada anak didik (mengajak anak untuk ikut terlibat membuat kesepakatan kelas)

2.     Memberi kesempatan kepada anak didik untuk menyampaikan pendapat, gagasan atau ide tentang kelas impian mereka

3.     Bertanya kepada anak didik tentang harapan kelas yang mereka impikan dan mencatat respon anak didik mengenai harapan kelas yang mereka impikan

4.     mengadakan diskusi atau tanya jawab untuk mendapatkan umpan balik untuk mengambil kesimpulan dari ide atau gagasan anak didik mengenai kesepakatan kelas

5.     Memastikan semua ide memang diperlukan saat proses pembelajaran dan memandu murid untuk menyepakati jika ada bagian yang terlupakan serta menghapus bagian yan dianggap kurang relevan

6.     Menyepakati bersama ide atau gagasan yang telah diberikan

7.     Mengubah ide menjadi kesepakatan kelas dengan menuangkan kesepakatan menjadi bentuk gambar agar memudahkan dipahami oleh anak usia dini

8.     Memberi keterangan pada gambar dengan bahasa positif dengan menghindari kata jangan

9.     kesepakatan kelas bersama ditempel di dinding kelas (home visit)

10. Memberi kesempatan kepada anak didik mengenai konsekuensi jika kesepakatan dilanggar

Dalam menyusun kesepakatan kelas, guru perlu mempertimbangkan hal yang penting dan hal yang bisa dikesampingkan. Murid dapat mengalami kesulitan dalam mengingat jika kesepakatan terlalu banyak dan tidak mendapatkan makna dari kesepakatan kelas tersebut. Kesepakatan harus disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka. Salah satu contoh bentuk percakapan guru dan anak didik dalam membuat kesepakatan kelas adalah sebagai berikut.

Percakapan guru dan murid ketika menyusun kesepakatan kelas Kesepakatan kelas bersama anak usia Paud (4-5 tahun)

Guru                      : halo anak-anak, hari ini ibu guru akan mengajak anak-anak untuk membuat kesepakatan kelas.

Murid                    : Kesepakatan kelas, apa itu?

Guru                      : kesepakatan kelas adalah aturan yang akan kita sepakati agar kegiatan kita berjalan dengan tertib. Ada yang tau tidak, kalau di dalam kelas kita harus melakukan apa saja ya?

Murid                    : aku tau, tidak lari-lari?

Guru                      : benar, berjalan di dalam ruangan. Apa anak-anak setuju tidak kita harus berjalan di dalam ruangan?

Murid                    : setuju bu guru.

Guru                      : apa yah dampaknya kalau kita berlari di ruangan?

Murid                    : jatuh

Murid                    : berdarah

Guru                      : iyya betul sekali, jadi kita harus berhati-hati dengan berjalan. Oke, kesepakatan yang kedua. Ada tidak yang ingin berbicara, kita harus apa lagi ya?

Murid                    : tidak pukul-pukul

Murid                    : tidak ejek-ejek

Murid                    : berbagi dengan teman

Guru                      : iyya betul sekali, anak yang sholeh harus saling menyayangi. Jika menyayangi teman Allah akan sayang kepada kita. Oke, lalu apa lagi ya?

Murid                    : tidak keluar pagar, karena nanti hilang

Guru                      : oke, betul sekali. Jika ingin keluar atau hendak ke toilet kita harus apa? Meminta izin. Lalu selanjutnya apa lagi ya?

Murid : beres-beres mainan

Murid                    : buang sampah di tempat sampah

Guru                      : betul sekali, bertanggung jawab terhadap barang atau benda yang sudah digunakan. Ada lagi?

Murid                    : (semua terdiam)

Guru                      : kalau begitu, ibu guru juga akan menawarkan pendapat. Bagaimana ya? Jika ada anak yang ingin berbicara saat ibu guru berbicara.

Murid                    : harus angkat tangan?

Guru                      : iyya, betul sekali. Lalu, apa yah yang kita lakukan jika meminta bantuan?

Murid                    : minta tolong

Guru                      : boleh tidak, kita berteriak jika menginginkan sesuatu?

Murid                    : tidak boleh

Guru                      : boleh tidak kita marah atau mengejek ketika diganggu?

Murid                    : tidak boleh

Guru                      : jadi apa yang harus kita lakukan? Yaitu, berbicara lembut dan santun. Oke?

Murid                    : oke.

Guru                      : wah, kita sudah punya 6 kesepakatan kelas. Terima kasih anak-anak telah membantu membuat kesepakatan kelas hari ini. supaya semua mengingatnya, ibu guru akan mengulangi kesepakatan kelas kita. Kesepakatan kelas: 1. Berjalan di dalam ruangan, 2. Saling menyayangi teman, 3. Mengangkat tangan jika ingin berbicara, 4. Berbicara lembut dan santun, 5. Meminta izin jika hendak meninggalkan ruangan, 6. Bertanggung jawab terhadap barang yang telah digunakan.

Guru                      : sekarang, ibu guru akan bertanya, ada tidak yang ingin memberikan konsekuensi apa yang harus kita lakukan jika melanggar?

Murid                    : apa itu konsekuensi?

Guru                      : semacam tanggung jawab atas kesalahan

Murid                    : berdiri?

Murid                    : meminta maaf

Guru                      : oke, baiklah konsekuensinya adalah belum berabung jika belum meminta maaf atas kesalahannya? Bagaimana anak-anak, setuju?

Murid                    : setuju.

Percakapan di atas memperlihatkan salah satu bentuk interaksi guru dan anak didik di TK Islam Terpadu Asshiddiq dalam membuat kesepakatan kelas. Salah satu tantangan terbesar dalam membuat kesepakatan kelas bersama dengan anak usia dini adalah sulitnya menyampaikan dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami oleh anak usia 4-5 tahun serta sulitnya mengajak anak tertentu untuk menyampaikan pendapatnya karena hanya anak tertentu percaya diri menyampaikan ide atau gagasannya. Selain itu anak usia dini lebih mudah belajar dengan hal yang bersifat konkret atau nyata, sehingga sesuatu yang abstrak menjadi sulit untuk mereka pahami.

C.   Hasil dari Aksi Nyata

Anak didik merespon dengan baik, beberapa aturan kesepakatan kelas yang disepakati bersama. Beberapa aturan kelas yang disepakati secara umum dibeberapa kelas home visit antara lain:

1.     Berjalan di dalam ruangan

2.     Saling menyayangi teman

3.     Bertanggung jawab terhadap barang yang telah digunakan

4.     Meminta izin saat ingin meninggalkan ruangan

5.     Berbicara lembut dan santun

6.     Sabar menunggu giliran (antri)

Di beberapa kelas lain ada yang menambahkan kesepakatan lain seperti memakai masker, mengucapkan salam, dan membereskan barang yang telah digunakan. Kesepakatn dibuat berdasarkan kebutuhan di masing-masing kelas. Guru hanya menuntun, anak didiklah yang menuntukan kelas impian mereka sendiri.

Beberapa kesepakatan yang telah dibuat dituangkan dalam bentuk gambar agar memudahkan anak didik. Karena anak usia dini sulit memahami sesuatu yang bersifat abstrak. Gambar sangat memudahkan mereka mengingat kesepakatan terlebih karena gambar kesepakatan juga telah ditempel di dinding lokasi home visit. Beberapa kesepakatan yang dibuat mulai dilaksanakan anak didik. Seperti meminta izin, membereskan barang yang telah dipakai karena sebelumnya telah disepakati di awal pembelajaran. Beberapa lainnya masih dalam tahap mengingatkan. Seperti apabila mereka ingin berbicara maka harus mengangkat tangan. Anak didik mulai paham, dan mulai melaksanakannya. Alasan utama karena kesepakatan dibuat bersama sehingga tidak ada tekanan dalam menjalankan kesepakatan yang telah dibuat. Satu diantara mereka ada yang mulai meningatkan teman seperti jika ada anak lain yang berbicara keras atau kurang sopan diingatkan.

Kesepakatan kelas sangat memudahkan guru mengelola kelas, mengefektifkan pembelajaran serta menumbuhkan disiplin positif sejak dini pada anak didik. Agar kesepakatan kelas dapat berjalan konsisten maka guru senantiasa mengingatkan anak didik jika ada diantara mereka yang melanggar kesepakatan yang telah dibuat. Jika ada anak didik yang melanggar maka pendisiplinan yang diberikan adalah dengan memberikan konsekuensi yang telah disepakati bersama. Konsekuensi sangat jauh berbeda dengan hukuman. Konsekuensi sifatnya lebih positif dan datang dari kesepakatan bersama. Beberapa konsekuensi bersama yang berhasil di terapkan di TK Islam terpadu antara lain:

1.     Jika ada anak yang berbicara kurang sopan, maka konsekuensinya anak tersebut harus beristigfar dan mengganti kalimat buruk yang diucapkan dengan kalimat baik

2.     Jika ada anak didik yang menyakiti temannya maka konsekuensi yang telah disepakati adalah dengan meminta maaf dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya

3.     Jika ada anak didik yang kurang kontrol diri seperti berlari dalam ruangan, kurang fokus, dan menganggu kegiatan maka konsekuensinya adalah anak belum diajak bergabung dan dibiarkan untuk memikirkan kesalahannya. Setelah itu diminta untuk menyelesaikan masalahnya.

4.     Jika ada anak didik yang tidak bertanggung jawab terhadap barang yang telah digunakan. Seperti tidak membereskan kembali mainan yang tidak dipakai maka konsekuensinya anak tersebut belum boleh menggunakan mainan tersebut untuk beberapa waktu, agar anak tersebut menyadari kesalahannya.

Itulah beberapa bentuk konsekuensi yang telah disepakatai bersama anak didik. Pemberian konsekuensi merupakan langkah efektif dalam menumbuhkan disiplin positif terutama pada anak usia dini. Pelaksanaan konsekuensi bersama yang telah disepkti sebelumnya diharapkan dapat membangun motivasi intrinsik dalm diri anak didik. Sehingga mereka melakukan kesepakatan bukan karena faktor di luar dirinya namun karena adanya kesadaran pribadi dari dalam dirinya.

Langkah lainnya yang ditempuh guru di TK Islam Terpadu Asshiddiq untuk menerapkan kesepakatan kelas agar lebih mudah diingat dan mengembirakan bagi anak didik adalah dengan menuangkan kesepakatan kelas dalam bentuk lagu.

Lagu Kesepakatan Kelas

Nada : Baju baru

Pencipta : Ustadzah Tuti

Masuk kelas ucapkan salam,

Jangan lupa memakai masker,

Sayang teman tak pukul-pukul teman

Jangan lupa beres-beresnya

Meminta izin untuk bermain

Meminta izin ketika bicara

Selalu antri tak menerobos

Tanggung jawab hingga selesai

        Melalui lagu memudahkan anak didik mengingat kesepakatan kelas bersama. Kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama juga merupakan strategi yang efektif untuk untuk meningkatkan komunikasi yang positif antara anak didik. kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama membantu guru di TK Islam Terpadu Asshiddiq untuk  menerapkan proses pendisiplinan yang positif kepada anak didikdan membantu guru untuk mengenal muridnya dengan lebih baik. Serta menjadikan anak didik bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan suasana kelas yang positif.

D.   Pembelajaran yang di dapat (Kegagalan & Keberhasilan)

Ada beberapa keberhasilan yang di dapatkan dari aksi nyata menumbuhkan disiplin positif melalui kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama (pada anak usia dini),  antara lain:

1.     Anak didik merespon dengan baik dan melaksanakan kesepakatan yang telah dilaksanakan

2.     Anak didik mulai mengerti arti konsekuensi dan dapat mengingatkan temannya jika bertidak tidak sesuai kesepakatan

3.     Anak didik dapat bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri karena kesepakatan dibuat bersama

4.     Terjalinnya komunikasi yang eektif antara guru dan anak didik

5.     Menumbuhkan disiplin positif pada anak didik atas kesadaran pribadi

Dalam menerapkan aksi nyata, tidak menutup kemungkinan ada kegagalan yang didapatkan. Kegagalan yang di dapatkan dari aksi nyata ini antara lain:

1.     Belum melibtkan sepenuhnya anak didik karena masih banyak diantara mereka yang masih enggan mengeluarkan pendapat

2.     Beberapa kesepakatan belum dilkasanakan secar konsisten

3.     Beberapa konsekuensi belum dilaksanakan secara konsisten

E.    Rencana Perbaikan

1.     Menarik perhatian anak didik agar mau terlibat aktif dan mengeluarkan pendapat mereka

2.     Melaksanakan kesepakatan kelas secara konsisten dan senantiasa mengingatkan anak didik jika melanggar kesepakatan

3.     Menerapkan konsekuensi bersama secara konsisten agar penumbuhan disiplin positif lebih effektif

F.    Testimoni dari rekan guru

1.     Ernawati, S.Pd (PLT Kepala TK Asshiddiq)

Alhamdulillah kesepakatan kelas cukup membantu guru menumbuhkan disiplin, walaupun di awal anak-anak masih harus diingatkan tetapi semoga kedepannya bisa menjadi lebih tertib dan membentuk kesadaran tersenidri bagi anak-anak.

2.     Masnah S.Pd (wali kelas TK A2):

Penerapan kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama sangat bagus karena anak-anak bisa paham kalau ada kesepakatan kelas yang harus dipatuhi, ank-anak bisa paham karena disertai gambar yang mudah dipahami dan anak-anak bisa saling mengingatkan ketika ada temannya yang lupa.

3.     Magvira Ulfa, S.Pd (Wali kelas TK A3):

Penerapan kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama memudahkan kita untuk mengingat kesepakatan jika ada anak yang melanggar. Guru jadi tidak kekurangan ide karena sudah punya landasan atas dasar kesepakatan. Sarannya menambahkan gambar yang lebih lengkap yang mudah dipahami anak-anak.

G.   Dokumentasi Proses & Hasil Pelaksanaan

sosialisasi disiplin positif, kesepakatan kelas serta konsekuensi bersama kepada rekan guru serta membuat kesepakatan kelas bersama anak didik di lokasi home visit

Proses menempel gambar kesepakatan kelas secara bersama-sama

menempel kesepakan kelas di dinding/ lokasi home visit

penguatan kembali kesepakatan kelas yang telah disepakati

Hasil pelaksanaan kesepakatan kelas, terlihat anak didik mulai bertanggung jawab membersihkan lantai atau ruangan setelah dipakai

hasil pelaksanaan kesepakatan kelas, anak didik mulai antri saat hendak mencuci tangan

hasil kesepakatan kelas, anak didik terlihat mulai mandiri melepas sepatu sendiri dan menyusun dengan rapi

hasil kesepakatan kelas, membereskan kembali barang atau mainan yang telah dipakai

hasil kesepakatan kelas, membantu teman dan meminta izin

hasil kesepakatan kelas, memakai masker

3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

  3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Hal-hal menarik yang dapat Anda tarik dari pembelaja...