Senin, 22 Februari 2021

 Artikel Refleksi

PGP- Angkatan 1- Kabupaten bone - Fauziah Razak-1.4- Aksi Nyata

Menumbuhkan Disiplin Positif

Melalui Kesepakatan Kelas & Konsekuensi Bersama

(Pada Anak Usia Dini)



A.   Latar Belakang

Sekolah merupakan institusi pembentukan karakter. Tujuan utama dari pendidikan karakter bukan hanya mendorong anak didik untuk sukses secara akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk menanamkan nilai  moral yang baik pada diri anak didik. Salah satu upaya dalam membentuk karakter adalah pembiasan budaya positif di sekolah. Budaya positif adalah pembiasan-pembiasan baik berisi nilai-nilai yang diterapkan secara konsisten sehingga menjadi karakteristik atau kekuatan dalam sekolah. Budaya positif tidaklah berdiri sendiri namun dibutuhkan sinergi yang kuat agar budaya positif dapat diterapkan dengan baik. Cara yang dinilai efektif untuk menumbuhkan budaya positif adalah dengan memberikan disiplin positif. Seringkali guru memberi arti disiplin dengan konotasi negatif, misalnya hukuman. Padahal disiplin positif jauh dari kata hukuman, namun yang ada adalah kesepakatan dan konsekuensi yang logis. disiplin dan hukuman memiliki arti yang berbeda dan memberikan efek yang sangat berbeda dalam pembentukan diri anak didik. 

Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku  anak didik. Disiplin dimaksudkan untuk mengembangkan perilaku para anak didik tersebut serta mengajarkan anak didik tentang kontrol dan kepercayaan diri dengan berfokus pada apa yang mampu mereka pelajari. Tujuan akhir dari disiplin adalah agar siswa memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri dan orang lain. Semantara hukuman berbanding terbalik dengan hal tersebut.

Disiplin positif dapat dilaksanakan dengan menyusun kesepakatan dan konsekuensi bersama sehingga dapat terbangun komunikasi yang efektif dan tanggung jawab atas dasar kesadaran pribadi. Selain itu, dengan adanya kesepakatan dan konsekuensi bersama dapat membantu guru dan anak didik dalam bekerjasama sehingga kegiatan enjadi lebih efektif. Oleh karena pentingnya disiplin positif dalam menumbuhkan murid merdeka, maka pada aksi nyata kali ini calon guru penggerak mengangkat judul “menumbuhkan disiplin positif melalui kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama (pada anak usia dini)”. Calon guru penggerak menerapkan aksi nyata tersebut di TK Islam Terpadu Asshiddiq, kabupaten bone, Sulawesi Selatan.

B.    Deskripsi Aksi Nyata

Salah satu tantangan terbesar guru saat ini adalah mengajar di tengah pandemi covid-19. Hal tersebut tidak membuat semangat surut, namun hal tersebut menjadikan guru memutar otak berpikir lebih kreatif menciptakan inovasi pembelajaran yang efektif. Pendidik di TK Islam terpadu Asshiddiq menempuh jalan home visit untuk mengefektifkan pembelajaran terutama untuk anak usia dini di tengah wabah covid-19. Beberapa protokoler kesehatan di lokasi home visit diterapkan agar pembelajaran tetap aman bagi anak didik. Selain itu, agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif maka penumbuhan disiplin positif menjadi hal yang sangat diperlukan.

Ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan bagi calon guru penggerak untuk melakukan aksi “menumbuhkan disiplin positif melalui kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama (pada anak usia dini)”, antara lain:

1.     Untuk menumbuhkan disiplin positif melalui kesepakatan kelas sejak usia dini

2.     Untuk mengenalkan arti konsekuensi dalam menumbuhkan motivasi intrinsik

3.     membangun komunikasi efektif melalui kesepakatan dan konsekuensi bersama

Dalam menumbuhkan disiplin positif, calon guru penggerak mengawali proses sosialisasi mengenai pentingnya kesepakatan dan konsekuensi dengan rekan guru di TK Islam terpadu Asshiddiq, terutama pada guru-guru yang bertugas mengajar home visit, sebelum menyampaikan kepada anak didik. Kesepakatan kelas yang dibuat berisi aturan untuk membantu guru dan anak didik bekerjasama. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru tetapi juga berisi tentang harapan anak didik. Dalam menyusun kesepakatan kelas ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan guru. Kesepakatan harus disusun sejelas mungkin untuk memudahkan proses penerapannya.

Setelah proses sosialisasi kepada rekan guru di masing-masing kelas maka langkah selanjutnya adalah guru menyusun kesepakatan kelas bersama dengan anak didik. Ada beberapa langkah yang ditempuh guru di TK Islam Terpadu Asshiddiq dalam menyusun kesepakatan kelas bersama. Langkah-langkah tersebut antara lain:

1.     Membuat rencana dan menyampaikan kepada anak didik (mengajak anak untuk ikut terlibat membuat kesepakatan kelas)

2.     Memberi kesempatan kepada anak didik untuk menyampaikan pendapat, gagasan atau ide tentang kelas impian mereka

3.     Bertanya kepada anak didik tentang harapan kelas yang mereka impikan dan mencatat respon anak didik mengenai harapan kelas yang mereka impikan

4.     mengadakan diskusi atau tanya jawab untuk mendapatkan umpan balik untuk mengambil kesimpulan dari ide atau gagasan anak didik mengenai kesepakatan kelas

5.     Memastikan semua ide memang diperlukan saat proses pembelajaran dan memandu murid untuk menyepakati jika ada bagian yang terlupakan serta menghapus bagian yan dianggap kurang relevan

6.     Menyepakati bersama ide atau gagasan yang telah diberikan

7.     Mengubah ide menjadi kesepakatan kelas dengan menuangkan kesepakatan menjadi bentuk gambar agar memudahkan dipahami oleh anak usia dini

8.     Memberi keterangan pada gambar dengan bahasa positif dengan menghindari kata jangan

9.     kesepakatan kelas bersama ditempel di dinding kelas (home visit)

10. Memberi kesempatan kepada anak didik mengenai konsekuensi jika kesepakatan dilanggar

Dalam menyusun kesepakatan kelas, guru perlu mempertimbangkan hal yang penting dan hal yang bisa dikesampingkan. Murid dapat mengalami kesulitan dalam mengingat jika kesepakatan terlalu banyak dan tidak mendapatkan makna dari kesepakatan kelas tersebut. Kesepakatan harus disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka. Salah satu contoh bentuk percakapan guru dan anak didik dalam membuat kesepakatan kelas adalah sebagai berikut.

Percakapan guru dan murid ketika menyusun kesepakatan kelas Kesepakatan kelas bersama anak usia Paud (4-5 tahun)

Guru                      : halo anak-anak, hari ini ibu guru akan mengajak anak-anak untuk membuat kesepakatan kelas.

Murid                    : Kesepakatan kelas, apa itu?

Guru                      : kesepakatan kelas adalah aturan yang akan kita sepakati agar kegiatan kita berjalan dengan tertib. Ada yang tau tidak, kalau di dalam kelas kita harus melakukan apa saja ya?

Murid                    : aku tau, tidak lari-lari?

Guru                      : benar, berjalan di dalam ruangan. Apa anak-anak setuju tidak kita harus berjalan di dalam ruangan?

Murid                    : setuju bu guru.

Guru                      : apa yah dampaknya kalau kita berlari di ruangan?

Murid                    : jatuh

Murid                    : berdarah

Guru                      : iyya betul sekali, jadi kita harus berhati-hati dengan berjalan. Oke, kesepakatan yang kedua. Ada tidak yang ingin berbicara, kita harus apa lagi ya?

Murid                    : tidak pukul-pukul

Murid                    : tidak ejek-ejek

Murid                    : berbagi dengan teman

Guru                      : iyya betul sekali, anak yang sholeh harus saling menyayangi. Jika menyayangi teman Allah akan sayang kepada kita. Oke, lalu apa lagi ya?

Murid                    : tidak keluar pagar, karena nanti hilang

Guru                      : oke, betul sekali. Jika ingin keluar atau hendak ke toilet kita harus apa? Meminta izin. Lalu selanjutnya apa lagi ya?

Murid : beres-beres mainan

Murid                    : buang sampah di tempat sampah

Guru                      : betul sekali, bertanggung jawab terhadap barang atau benda yang sudah digunakan. Ada lagi?

Murid                    : (semua terdiam)

Guru                      : kalau begitu, ibu guru juga akan menawarkan pendapat. Bagaimana ya? Jika ada anak yang ingin berbicara saat ibu guru berbicara.

Murid                    : harus angkat tangan?

Guru                      : iyya, betul sekali. Lalu, apa yah yang kita lakukan jika meminta bantuan?

Murid                    : minta tolong

Guru                      : boleh tidak, kita berteriak jika menginginkan sesuatu?

Murid                    : tidak boleh

Guru                      : boleh tidak kita marah atau mengejek ketika diganggu?

Murid                    : tidak boleh

Guru                      : jadi apa yang harus kita lakukan? Yaitu, berbicara lembut dan santun. Oke?

Murid                    : oke.

Guru                      : wah, kita sudah punya 6 kesepakatan kelas. Terima kasih anak-anak telah membantu membuat kesepakatan kelas hari ini. supaya semua mengingatnya, ibu guru akan mengulangi kesepakatan kelas kita. Kesepakatan kelas: 1. Berjalan di dalam ruangan, 2. Saling menyayangi teman, 3. Mengangkat tangan jika ingin berbicara, 4. Berbicara lembut dan santun, 5. Meminta izin jika hendak meninggalkan ruangan, 6. Bertanggung jawab terhadap barang yang telah digunakan.

Guru                      : sekarang, ibu guru akan bertanya, ada tidak yang ingin memberikan konsekuensi apa yang harus kita lakukan jika melanggar?

Murid                    : apa itu konsekuensi?

Guru                      : semacam tanggung jawab atas kesalahan

Murid                    : berdiri?

Murid                    : meminta maaf

Guru                      : oke, baiklah konsekuensinya adalah belum berabung jika belum meminta maaf atas kesalahannya? Bagaimana anak-anak, setuju?

Murid                    : setuju.

Percakapan di atas memperlihatkan salah satu bentuk interaksi guru dan anak didik di TK Islam Terpadu Asshiddiq dalam membuat kesepakatan kelas. Salah satu tantangan terbesar dalam membuat kesepakatan kelas bersama dengan anak usia dini adalah sulitnya menyampaikan dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami oleh anak usia 4-5 tahun serta sulitnya mengajak anak tertentu untuk menyampaikan pendapatnya karena hanya anak tertentu percaya diri menyampaikan ide atau gagasannya. Selain itu anak usia dini lebih mudah belajar dengan hal yang bersifat konkret atau nyata, sehingga sesuatu yang abstrak menjadi sulit untuk mereka pahami.

C.   Hasil dari Aksi Nyata

Anak didik merespon dengan baik, beberapa aturan kesepakatan kelas yang disepakati bersama. Beberapa aturan kelas yang disepakati secara umum dibeberapa kelas home visit antara lain:

1.     Berjalan di dalam ruangan

2.     Saling menyayangi teman

3.     Bertanggung jawab terhadap barang yang telah digunakan

4.     Meminta izin saat ingin meninggalkan ruangan

5.     Berbicara lembut dan santun

6.     Sabar menunggu giliran (antri)

Di beberapa kelas lain ada yang menambahkan kesepakatan lain seperti memakai masker, mengucapkan salam, dan membereskan barang yang telah digunakan. Kesepakatn dibuat berdasarkan kebutuhan di masing-masing kelas. Guru hanya menuntun, anak didiklah yang menuntukan kelas impian mereka sendiri.

Beberapa kesepakatan yang telah dibuat dituangkan dalam bentuk gambar agar memudahkan anak didik. Karena anak usia dini sulit memahami sesuatu yang bersifat abstrak. Gambar sangat memudahkan mereka mengingat kesepakatan terlebih karena gambar kesepakatan juga telah ditempel di dinding lokasi home visit. Beberapa kesepakatan yang dibuat mulai dilaksanakan anak didik. Seperti meminta izin, membereskan barang yang telah dipakai karena sebelumnya telah disepakati di awal pembelajaran. Beberapa lainnya masih dalam tahap mengingatkan. Seperti apabila mereka ingin berbicara maka harus mengangkat tangan. Anak didik mulai paham, dan mulai melaksanakannya. Alasan utama karena kesepakatan dibuat bersama sehingga tidak ada tekanan dalam menjalankan kesepakatan yang telah dibuat. Satu diantara mereka ada yang mulai meningatkan teman seperti jika ada anak lain yang berbicara keras atau kurang sopan diingatkan.

Kesepakatan kelas sangat memudahkan guru mengelola kelas, mengefektifkan pembelajaran serta menumbuhkan disiplin positif sejak dini pada anak didik. Agar kesepakatan kelas dapat berjalan konsisten maka guru senantiasa mengingatkan anak didik jika ada diantara mereka yang melanggar kesepakatan yang telah dibuat. Jika ada anak didik yang melanggar maka pendisiplinan yang diberikan adalah dengan memberikan konsekuensi yang telah disepakati bersama. Konsekuensi sangat jauh berbeda dengan hukuman. Konsekuensi sifatnya lebih positif dan datang dari kesepakatan bersama. Beberapa konsekuensi bersama yang berhasil di terapkan di TK Islam terpadu antara lain:

1.     Jika ada anak yang berbicara kurang sopan, maka konsekuensinya anak tersebut harus beristigfar dan mengganti kalimat buruk yang diucapkan dengan kalimat baik

2.     Jika ada anak didik yang menyakiti temannya maka konsekuensi yang telah disepakati adalah dengan meminta maaf dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya

3.     Jika ada anak didik yang kurang kontrol diri seperti berlari dalam ruangan, kurang fokus, dan menganggu kegiatan maka konsekuensinya adalah anak belum diajak bergabung dan dibiarkan untuk memikirkan kesalahannya. Setelah itu diminta untuk menyelesaikan masalahnya.

4.     Jika ada anak didik yang tidak bertanggung jawab terhadap barang yang telah digunakan. Seperti tidak membereskan kembali mainan yang tidak dipakai maka konsekuensinya anak tersebut belum boleh menggunakan mainan tersebut untuk beberapa waktu, agar anak tersebut menyadari kesalahannya.

Itulah beberapa bentuk konsekuensi yang telah disepakatai bersama anak didik. Pemberian konsekuensi merupakan langkah efektif dalam menumbuhkan disiplin positif terutama pada anak usia dini. Pelaksanaan konsekuensi bersama yang telah disepkti sebelumnya diharapkan dapat membangun motivasi intrinsik dalm diri anak didik. Sehingga mereka melakukan kesepakatan bukan karena faktor di luar dirinya namun karena adanya kesadaran pribadi dari dalam dirinya.

Langkah lainnya yang ditempuh guru di TK Islam Terpadu Asshiddiq untuk menerapkan kesepakatan kelas agar lebih mudah diingat dan mengembirakan bagi anak didik adalah dengan menuangkan kesepakatan kelas dalam bentuk lagu.

Lagu Kesepakatan Kelas

Nada : Baju baru

Pencipta : Ustadzah Tuti

Masuk kelas ucapkan salam,

Jangan lupa memakai masker,

Sayang teman tak pukul-pukul teman

Jangan lupa beres-beresnya

Meminta izin untuk bermain

Meminta izin ketika bicara

Selalu antri tak menerobos

Tanggung jawab hingga selesai

        Melalui lagu memudahkan anak didik mengingat kesepakatan kelas bersama. Kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama juga merupakan strategi yang efektif untuk untuk meningkatkan komunikasi yang positif antara anak didik. kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama membantu guru di TK Islam Terpadu Asshiddiq untuk  menerapkan proses pendisiplinan yang positif kepada anak didikdan membantu guru untuk mengenal muridnya dengan lebih baik. Serta menjadikan anak didik bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan suasana kelas yang positif.

D.   Pembelajaran yang di dapat (Kegagalan & Keberhasilan)

Ada beberapa keberhasilan yang di dapatkan dari aksi nyata menumbuhkan disiplin positif melalui kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama (pada anak usia dini),  antara lain:

1.     Anak didik merespon dengan baik dan melaksanakan kesepakatan yang telah dilaksanakan

2.     Anak didik mulai mengerti arti konsekuensi dan dapat mengingatkan temannya jika bertidak tidak sesuai kesepakatan

3.     Anak didik dapat bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri karena kesepakatan dibuat bersama

4.     Terjalinnya komunikasi yang eektif antara guru dan anak didik

5.     Menumbuhkan disiplin positif pada anak didik atas kesadaran pribadi

Dalam menerapkan aksi nyata, tidak menutup kemungkinan ada kegagalan yang didapatkan. Kegagalan yang di dapatkan dari aksi nyata ini antara lain:

1.     Belum melibtkan sepenuhnya anak didik karena masih banyak diantara mereka yang masih enggan mengeluarkan pendapat

2.     Beberapa kesepakatan belum dilkasanakan secar konsisten

3.     Beberapa konsekuensi belum dilaksanakan secara konsisten

E.    Rencana Perbaikan

1.     Menarik perhatian anak didik agar mau terlibat aktif dan mengeluarkan pendapat mereka

2.     Melaksanakan kesepakatan kelas secara konsisten dan senantiasa mengingatkan anak didik jika melanggar kesepakatan

3.     Menerapkan konsekuensi bersama secara konsisten agar penumbuhan disiplin positif lebih effektif

F.    Testimoni dari rekan guru

1.     Ernawati, S.Pd (PLT Kepala TK Asshiddiq)

Alhamdulillah kesepakatan kelas cukup membantu guru menumbuhkan disiplin, walaupun di awal anak-anak masih harus diingatkan tetapi semoga kedepannya bisa menjadi lebih tertib dan membentuk kesadaran tersenidri bagi anak-anak.

2.     Masnah S.Pd (wali kelas TK A2):

Penerapan kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama sangat bagus karena anak-anak bisa paham kalau ada kesepakatan kelas yang harus dipatuhi, ank-anak bisa paham karena disertai gambar yang mudah dipahami dan anak-anak bisa saling mengingatkan ketika ada temannya yang lupa.

3.     Magvira Ulfa, S.Pd (Wali kelas TK A3):

Penerapan kesepakatan kelas dan konsekuensi bersama memudahkan kita untuk mengingat kesepakatan jika ada anak yang melanggar. Guru jadi tidak kekurangan ide karena sudah punya landasan atas dasar kesepakatan. Sarannya menambahkan gambar yang lebih lengkap yang mudah dipahami anak-anak.

G.   Dokumentasi Proses & Hasil Pelaksanaan

sosialisasi disiplin positif, kesepakatan kelas serta konsekuensi bersama kepada rekan guru serta membuat kesepakatan kelas bersama anak didik di lokasi home visit

Proses menempel gambar kesepakatan kelas secara bersama-sama

menempel kesepakan kelas di dinding/ lokasi home visit

penguatan kembali kesepakatan kelas yang telah disepakati

Hasil pelaksanaan kesepakatan kelas, terlihat anak didik mulai bertanggung jawab membersihkan lantai atau ruangan setelah dipakai

hasil pelaksanaan kesepakatan kelas, anak didik mulai antri saat hendak mencuci tangan

hasil kesepakatan kelas, anak didik terlihat mulai mandiri melepas sepatu sendiri dan menyusun dengan rapi

hasil kesepakatan kelas, membereskan kembali barang atau mainan yang telah dipakai

hasil kesepakatan kelas, membantu teman dan meminta izin

hasil kesepakatan kelas, memakai masker

Senin, 15 Februari 2021

Modul 2.1.a.9 Koneksi antar Materi (Pembelajaran Berdiferensiasi)



Modul 2.1.a.9

Koneksi Antar Materi

Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh: Fauziah Razak, S.Pd.I

CGP Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

           

           Mengingat kembali pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa setiap anak terlahir dengan kodratnya masing-masing, guru bertugas untuk menuntun tumbuh kembangnya kodrat anak agar dapat tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini, guru harus memahami kondisi setiap muridnya agar dapat membantu mereka tumbuh sesuai dengan kodrat mereka masing-masing. Salah satu upaya dalam mewujudkan hal ini adalah melalui proses pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha yang dilakukan guru  untuk menyesuaikan strategi, pendekatan, media, dan proses pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut. Pembelajaran diferensiasi sebenarnya merupakan serangkaian keputusan yang masuk akal yang dapat membantu guru untuk mengenali peserta didiknya lebih dalam kemudian mencari strategi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan murid agar mereka dapat bertumbuh.

Tujuan pembelajaran berdiferensiasi adalah membantu peserta didik tumbuh maksimum dari posisi belajar mereka saat ini. sementara bagi guru, pembelajaran berdiferensiasi membantu guru untuk semakin memahami posisi belajar anak didik agar pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 

Karakteristik pembelajaran berdiferensiasi dari penerapan pembelajaran Berdiferensiasi ditandai dengan adanya iklim belajar yang sangat positif, karena kehadiran seseorang sangat dihargai. Ruang kelas dipenuhi pekerjaan murid dan berbagai hal dimana murid berperan di dalamnya. Setiap orang saling menghargai. Setiap orang berbagi kebutuhan atas perasaan diterima, dihormati, apapun etnis, bahasa. Guru akan mengajarkan muridnya memebedakan perasaan yang dimiliki. Guru membantu perasaan muridnya tidak merasa kecil. Oleh karena itu, murid merasa aman, mereka boleh bertanya jika memerlukan bantuan serta mengatakan tidak tau jika tidak tau. Karakteristik lain dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah Adanya penumbuhan, murid akan tumbuh semaksimal mungkin. Guru mengetahui pertumbuhan muridnya. Semua pertumbuhan murid sekecil apapun akan layak dicatat oleh gurunya. Guru membantu murid mencapai kesuksesan, memberi pemahaman tujuan belajar dan mempercepat pemahaman murid dengan menciptakan pembelajaran yang keluar dari zona nyaman sehingga murid menghadapi tantangan dan guru memberikan dukungan.  Karena itu, melalui pembelajaran ini akan tampak  keadilan yang nyata, semua murid sama, serta guru dan murid berkolaborasi untuk kesuksesan bersama.

Praktek pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan secara efektif dengan terlebih dahulu memetakan kebutuhan belajar murid yang ada di kelas. Pemetaan kebutuhan belajar dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu melalui pemetaan berdasarkan minat belajar, pemetaan kesiapan belajar, dan pemetaan profil belajar murid.

1.      Kesiapan Belajar

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid

2.      Minat Belajar

Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.Tomlinson menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar; menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran; menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan; meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

3.      Profil Belajar

Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri.  Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.

        Setelah melakukan pemetaan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan guru adalah menentukan strategi dan langkah pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini  bertujuan agar pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran diferensiasi ada 3 yaitu deferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten berupa materi apa yang akan diajarkan, guru dapat menyesuaikan dengan minat belajar murid. Diferensiasi proses terkait dengan skenario pembelajaran, dalam strategi ini guru dapat memberikan kegiatan yang berbeda untuk murid yang memiliki gaya belajar berbeda misalnya memberikan materi dalam bentuk podcast atau rekaman suara bagi murid yang auditori, memberikan gambar atau poster menarik bagi murid visual atau meminta murid yang kinestetik untuk berjalan melakukan pengamatan terkait materi yang dipelajari. Dalam pembelajaran diferensiasi juga memberikan kesempatan bagi murid untuk menentukan produk tugas yang akan dibuat sesuai dengan minat, kesiapan dan profil belajarnya, hal ini termasuk dalam strategi diferensiasi produk. Tugas yang diberikan kepada murid boleh tidak seragam dalam satu kelas misalnya semua murid harus membuat rangkuman materi secara tertulis, tetapi murid boleh memilih bentuk produk tugasnya bisa dalam bentuk tulisan, video bahkan dalam bentuk poster.

        Pada dasarnya pembelajaran ini bukan hal yang baru untuk kita terapkan karena murid sejak dulu telah memiliki karakter yang beragam. Tentunya selama ini dalam membuat rencana pembelajaran (RPP) guru telah memikirkan kebutuhan murid, hanya saja dalam pembelajaran berdiferensiasi ini dalam merencanakan pembelajaran lebih tergambar pada tujuan, langkah pembelajaran, materi, media, serta instumen penilaian terkait kebutuhan belajar murid. Ketika menerapakan pembelajaran berdiferensiasi guru akan lebih memhai muridnya. Pembelajaran ini merupakan strategi yang sangat effektif untuk menciptakan merdeka belajar.

 

 

 

 

 

 





 

3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

  3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Hal-hal menarik yang dapat Anda tarik dari pembelaja...