Modul 1.3.a.9 (Koneksi
Antar Materi)
Fauziah Razak (CGP
Angkatan 1, Bone Sulsel)
Hubungan
Paradigma Inkuiri Apresiatif dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara
Pembelajaran
yang aman, nyaman serta bermakna bagi anak adalah pembelajaran yang dinantikan
oleh semua pihak, termasuk guru, anak didik maupun pemangku kepentingan lainnya.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna dibutuhkan suatu perubahan yang
mengarah pada perbaikan kualitas pembelajaran. Dalam mewujudkan perubahan tersebut,
dibutuhkan waktu yang tidak singkat, sehingga semua unsur dalam pendidikan
harus saling bersinergi untuk mewujudkan perubahan bersama. Paradigma Inkuiri
Apresiatif lahir untuk membantu menggali kekuatan positif
dalam mewujudkan perubahan.
Pendekatan
Inkuiri Apresiatif sejalan dengan Filosofi pendidikan Ki Hajar dewantara, dimana
dalam Filosofi tersebut menekankan pada penggalian dan pengembangan potensi
anak didik agar tercapainya kemerdekaan dalam belajar. Merdeka belajar tidak
dapat diwujudkan tanpa adanya perubahan yang nyata. Inkuiri Apresiatif membantu
untuk menggali segala potensi positif yang telah dibawa anak didik untuk menjadi energi positif dan
kekuatan untuk membentuk karakter-karakter yang baik di masa depan. Bagi Ki
hajar dewantara pendidik hanya bertugas untuk merawat dan menuntun kodrat anak,
melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif guru dapat membantu proses menuntun tersebut
dengan memberikan bantuan, arahan serta bimbingan kepada anak didik agar dapat
mengembangkan potensi mereka menjadi kekuatan yang selaras dengan kodrat zaman
dimana mereka berada.
Pemanfaatan
Paradigma Inkuiri Apresiatif terhadap nilai dan peran guru dalam Mewujudkan
Visi Merdeka Belajar
IA sebagai salah satu model manajemen perubahan dan mencoba menerapkannya melalui tahapan dalam IA yang disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). Melalui tahapan Bagja pendidik dapat memformulasi rencana untuk perubahan dengan mengidentifikasi nilai positif dalam sekolah agar dapat dijadikan sebagai kekuatan. Dalam mengembangkan inti positif agar menjadi kekuatan, identifikasi kekuatan dan peran para pemangku kepentingan sangat diperlukan terutama peran guru atau pendidik. Peran pendidik dalam memanfaatkan paradigma inkuiri Apresiatiff antara lain: membantu anak didik untuk menggali potensi mereka masing-masingagar menjadi kekuatan, mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada anak didik dengan memperhatikan kebutuhan anak didik di zaman dimana mereka berada, menciptakan suasana yang aman dan nyaman agar anak didik dapat mengembangkan potensi mereka, membangun komunikasi efektif agar anak didik dapat mengumakakan pendapatnya dengan lugas serta menciptakan ruang agar anak didik dapat bereksplorasi tanpa adanya tekanan.
Jika dikelola dengan baik, maka Inkuiri Apresatif
dapat membantu peran guru menemukan inti positif dalam proses pembelajaran. Inti
positif yang telah ditemukan dapat dikelola menjadi energi positif, kemudian
mengubah energi tersebut menjadi kekuatan. Kekuatan yang dibiasakan dengan baik
akan bertumbuh dan berkembang menjadi budaya positif untuk mewujudkan visi
merdeka belajar.
- Salam & Bahagia-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar