Dunia
anak adalah dunia bermain. Jadi, sudah selayaknya pembelajaran dikelola dengan
cara bermain. Piaget dan Vigotsky, peneliti dunia anak usia dini menemukan
bahwa bermain merupakan salah satu komponen terpenting dalam kesuksesan anak di
sekolah. Melalui bermain anak diajak berkomunikasi, bernegoisasi, mengelola
peraturan, memperoleh pengetahuan serta memperluas keahlian berfikir kognitif
mereka.[1]
Senada dengan hal tersebut, Jean Piaget menegaskan melalui aktivitas bermain
anak bisa menemukan sendiri pengetahuan yang akan menjadi konsep permanen bagi
kehidupannya kelak.[2]
Bermain merupakan karakteristik anak usia dini, sementara permainan merupakan
sesuatu yang digunakan dalam bermain itu sendiri dengan tujuan untuk
mendatangkan kesenangan dan kegembiraan pada anak.
![]() |
Bermain
bagi anak usia dini sangatlah penting karena masa mereka merupakan usia
bermain. Menurut Ratna, tidak ada alasan untuk tidak menganggap kegiatan
bermain itu sebagai kegiatan belajar. Justru pada usia anak-anak belajar akan
menjadi efektif dan lebih cepat ditangkap pada saat bermain.[3]
Jadi bermain merupakan kebutuhan mereka untuk belajar.
Dalam konsep Islam, bermain sangat
dianjurkan oleh Rasulullah saw. Bahkan setiap orang tua hendaknya menyempatkan
diri untuk bermain dengan anak-anak mereka. Islam memandang bahwa bermain
merupakan sesuatu yang penting bagi anak-anak. Selain sebagaimana wujud kasih
sayang juga dapat melatih kreativitas dan fisik mereka agar menjadi kuat.
Rasulullah saw sering menyempatkan diri bermain bersama anak-anak. Disebutkan
dalam sebuah riwayat bahwa beliau sering menggendong Hasan dan Husain di atas
punggung beliau kemudian bermain kuda-kudaan. Beliau sering memasukkan sedikit
air kemulut beliau, lalu menyemburkan ke wajah Hasan, hingga Hasan pun tertawa.[4] Dalam riwayat lain Umar bin Khattab ra pernah
berjalan di atas tangan dan kedua kakinya (merangkak), sementara anak-anak
bermain di atas punggungnya. Ketika orang-orang masuk dan melihat khalifah
mereka dalam keadaan seperti itu merekapun berkata”, engkau mau melakukan hal
seperti itu wahai amirul mukminin?” Umar menjawab,” Tentu!.”[5]
Kedua riwayat di atas menggambarkan
bahwa setiap orang tua hendaknya menyempatkan diri bermain bersama
anak-anaknya. Selain itu dapat dimaknai pula bahwa dalam mendidik anak-anak
hendaknya diselingi dengan berbagai permainan, sehingga anak akan merasa senang
dan nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, bermain
merupakan kebutuhan anak yang harus dipenuhi yang akan berpengaruh pada proses
pertumbuhan dan perkembangannya kelak. Maka dari itu, tidaklah heran bila Islam
memandang bermain sebagai sesuatu yang amat penting bagi anak-anak.
[1] Kathy Charner dkk, Permainan Berbasis Sentra Pembelajaran, (Cet. I;
Jakarta: Erlangga, 2005), h. 8
[2] Yudhistira dan Siska Y. Massardi, Pendidikan Karaker dengan Metode
Sentra, h. 67
[3] M. Fadlillah, Edutaiment Pendidikan
Anak Usia Dini, (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2016), h. 27
[4] M. Fadlillah, Edutaiment Pendidikan
Anak Usia Dini, h. 28
[5] Muhammad Fadhillah dan Lilif Mualifatuh
Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini (Konsep dan Aplikasinya dalam
PAUD), h. 133