Rabu, 28 Oktober 2020

Bermain Dalam Islam

 

Dunia anak adalah dunia bermain. Jadi, sudah selayaknya pembelajaran dikelola dengan cara bermain. Piaget dan Vigotsky, peneliti dunia anak usia dini menemukan bahwa bermain merupakan salah satu komponen terpenting dalam kesuksesan anak di sekolah. Melalui bermain anak diajak berkomunikasi, bernegoisasi, mengelola peraturan, memperoleh pengetahuan serta memperluas keahlian berfikir kognitif mereka.[1] Senada dengan hal tersebut, Jean Piaget menegaskan melalui aktivitas bermain anak bisa menemukan sendiri pengetahuan yang akan menjadi konsep permanen bagi kehidupannya kelak.[2] Bermain merupakan karakteristik anak usia dini, sementara permainan merupakan sesuatu yang digunakan dalam bermain itu sendiri dengan tujuan untuk mendatangkan kesenangan dan kegembiraan pada anak.


Bermain bagi anak usia dini sangatlah penting karena masa mereka merupakan usia bermain. Menurut Ratna, tidak ada alasan untuk tidak menganggap kegiatan bermain itu sebagai kegiatan belajar. Justru pada usia anak-anak belajar akan menjadi efektif dan lebih cepat ditangkap pada saat bermain.[3] Jadi bermain merupakan kebutuhan mereka untuk belajar.

Dalam konsep Islam, bermain sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Bahkan setiap orang tua hendaknya menyempatkan diri untuk bermain dengan anak-anak mereka. Islam memandang bahwa bermain merupakan sesuatu yang penting bagi anak-anak. Selain sebagaimana wujud kasih sayang juga dapat melatih kreativitas dan fisik mereka agar menjadi kuat. Rasulullah saw sering menyempatkan diri bermain bersama anak-anak. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa beliau sering menggendong Hasan dan Husain di atas punggung beliau kemudian bermain kuda-kudaan. Beliau sering memasukkan sedikit air kemulut beliau, lalu menyemburkan ke wajah Hasan, hingga Hasan pun tertawa.[4]  Dalam riwayat lain Umar bin Khattab ra pernah berjalan di atas tangan dan kedua kakinya (merangkak), sementara anak-anak bermain di atas punggungnya. Ketika orang-orang masuk dan melihat khalifah mereka dalam keadaan seperti itu merekapun berkata”, engkau mau melakukan hal seperti itu wahai amirul mukminin?” Umar menjawab,” Tentu!.”[5]

Kedua riwayat di atas menggambarkan bahwa setiap orang tua hendaknya menyempatkan diri bermain bersama anak-anaknya. Selain itu dapat dimaknai pula bahwa dalam mendidik anak-anak hendaknya diselingi dengan berbagai permainan, sehingga anak akan merasa senang dan nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, bermain merupakan kebutuhan anak yang harus dipenuhi yang akan berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangannya kelak. Maka dari itu, tidaklah heran bila Islam memandang bermain sebagai sesuatu yang amat penting bagi anak-anak.



[1] Kathy Charner dkk, Permainan Berbasis Sentra Pembelajaran, (Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2005), h. 8

[2] Yudhistira dan Siska Y. Massardi, Pendidikan Karaker dengan Metode Sentra, h. 67

[3] M. Fadlillah, Edutaiment Pendidikan Anak Usia Dini, (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2016), h. 27

[4] M. Fadlillah, Edutaiment Pendidikan Anak Usia Dini, h. 28

[5]  Muhammad Fadhillah dan Lilif Mualifatuh Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini (Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD), h. 133

3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

  3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Hal-hal menarik yang dapat Anda tarik dari pembelaja...